Purworejo - Beberapa naskah Purworejo seperti Babad Kedungkebo dan Babad Banyuurip, hampir dua abad hadir dalam ingatan kolektif masyarakat Purworejo. Kebertahanannya menunjukkan keunggulannya sebagai karya masa lampau dan kekuatannya sebagai warisan budaya.
Hal itu dikatakan DR Sudibyo Prawiratmodjo dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, saat menjadi narasumber dalam Dialog Budaya Penelusuran Naskah Kuno Sebagai Warisan Budaya Daerah, di aula Gedung Penunjang Perpustakaan Umum Kabupaten Purworejo, Rabu (18/06/2025). Acara dibuka Kepala Dinpusip Stephanus Aan Isa Nugroho SSTP MSi, serta dihadiri sejumlah tokoh masyarakat, budayawan dan perwakilan perangkat daerah.
Lebih lanjut Sudibyo mengatakan, pengarusutamaan naskah Purworejo menempatkan naskah-naskah yang ditulis di Purworejo, sebagai skala prioritas dalam penyusunan program kerja, penentuan kebijakan, pengambilan keputusan, kegiatan kelembagaan di antara instansi-instansi terkait di Purworejo.
“Oleh karena itu, sudah saatnya Purworejo mengusulkan salah satu naskah unggulan sebagai IKON (Ingatan Kolektif Nasional) ke Perpusnas RI,” katanya
Sementara Kadinpusip mengakui bahwa Kabupaten Purworejo memiliki PR besar dalam merawat memori kolektif bangsa. Agar khasanah warisan terjaga sampai kapanpun, semua berawal dari dokumentasi yang disebut arsip, sedangkan perpustakaan berperan dalam pelestarian dan edukasi.
“Sampai saat ini, kita belum punya dokumentasi tentang nDolalak misalnya, termasuk dalam hal notasinya. Sementara daerah tentangga sangat agresif dalam membranding tarian tersebut,” katanya mengingatkan.
Gus Mus
liputan Jawatengah.com